Kutamendala adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan tonjong kabupaten brebes jawa tengah. Desa ini memiliki beberapa kebudayaan dan wisata alam yang indah yang seharusnya dikunjungi oleh masyarakat luar.
Dalam tulisan ini akan membahas tentang budaya dan tempat wisata di desa kutamendala. Pertama, Salah satu tempat wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi di desa kutamendala adalah Curug Gondang yang mana adalah sebuah air terjun yang terletak di tengah hutan kawasan Kembeng.
Tempat ini memberikan pemandangan yang sangat indah yang mana dikelilingi oleh pohon-pohon yang masih lebat/rindang sehingga membuat tempat ini sangat begitu alami dan segar. Selain itu airnya yang jernih membuat pengunjung tertarik untuk mandi dibawah air terjun tersebut. Namun sayangnya, tempat ini masih jarang di kunjungi oleh masyarakat karena akses jalannya yang belum memadai/sulit. Untuk menuju ke tempat ini, pengunjung harus berjalan sekitar 200 km atau sekitar 4 jam. Adapun transportasi yang ada, yaitu sepeda motor. Namun,pengunjung harus memiliki nyali yang besar karena akses jalannya yang sangat curam.
Kemudian, tempat wisata di desa kutamendala adalah bendungan sier-sier yang mana tempat ini adalah tempat wisata favorit masyarakat kutamendala karena tempat ini sangat mudah untuk dijangkau yang mana pengunjung bisa mengaksesnya menggunakan transportasi umum ataupun kendaraan pribadi. Tempat ini terletak di desa pekandangan berbatasan dengan desa karangjongkeng.
Hal yang menarik untuk mengunjungi tempat ini karena tempat ini cocok untuk kumpul bersama orang terdekat, acara kelas, kumpul keluarga dan lain sebagainya. Tempat ini selain menyuguhkan pemandangan yang indah untuk foto, pengunjung juga bisa berenang di bendungan ini. Bendungan sier-sier selain dijadikan tempat wisata juga dijadikan sumber air para petani untuk mengairi sawah mereka khususnya warga desa kutamendala.
Selain memiliki tempat wisata yang indah, desa kutamendala juga memiliki kebudayaan yang mana berbeda dengan desa lain yaitu Nyadran. Nyadran adalah sebuah tradisi yang di lakukan setiap setahun sekali tepatnya seminggu setelah hari raya idul fitri.
Tradisi ini masih berlangsung hingga saat ini yang mana tradisi ini di lakukan dimakam wali yang terletak di tengah hutan yaitu di hutan pesanggrahan. Tradisi ini bertujuan untuk mengenang dan mendoakan leluhur/wali yang telah meninggal. Selain itu dalam tradisi ini, masyarakat bisa lebih akrab karena mereka berkumpul dalam satu tempat secara bersamaan. Dalam tradisi ini, masyarakat akan berdo’a bersama di pimpin oleh seorang ustadz atau kyai setelah itu mereka akan makan makanan yang mereka bawa bersama-sama.
sumber : viva.co.id